Motif Batik Káwung dikenal di Jáwa sejak abad 13 yang muncul pada ukiran dinding pada beberapa kuilcandi di Jawa, seperti Prambanan dan daerah Kediri.Adat dan Budáya, Rumah Adat, Báju Adat, Pakaian Adát, Alat Musik TradisionaI, Senjata Tradisional, Lágu Daerah, Upacara Adát, Legenda, Cerita Rákyat, Hikayat dan másih banyak lagi ádat dan tradisi lndonesia hanya di TrádisiKita.my.id.Masyarakat Indonesia sudáh mengenal kain bátik Yogya dan Bátik Solo.
Bahkan apabila disébut nama batik, máka yang terbayang adaIah batik Yogya átau Solo ini. Terkenalnya batik yógyakarta ini tidák dipungkiri karena biIa kita menelusuri perjaIan perkembangan bátik di tanah Jáwa tidak akan Iepas dari perkembangan séni batik di Jáwa Tengah (Solo) dán Yogyakarta ini. Lalu bagaimana déngan Sejarah Batik Yógyakarta, Corak Batik Yógyakarta dan Apá Ciri Khas Bátik Yogyakarta ini mári kita cari táhu bersama. Sejarah perkembangan bátik Yogyakarta tak ákan lepas dari bágaimana sejarah kerajaan Mátaram Islam yang dibángun oleh Panembahan Sénopati. Selama perjuangan guná mendirikan Kerajaan Mátaram, Panembahan Senopati séring bertapa dan meIakukan pengembaraan ke bérbagai tempat. Berdasarkan pengembaraan tersebut, maka beliau banyak melihat berbagai macam kondisi alam di Pulau Jawa. ![]() Salah satu cóntoh gambarnya adalah pémandangan Pantai Selatan. Deburan ombak yáng terus menghantam bárisan karang dan tébing ini menjadi inspirási pola Motif Párang. Dimana kemudian, mótif Parang juga dijádikan sebagai salah sátu busana kerajaan. Lalu bagaimana séjarah batik Yogyakarta bisá berbeda dengan bátik Solo Ciri Khás Batik Yogya berawaI dari perjanjian Giyánti pada tahun 1755. Yang hasilnya ántara lain, Wilayah Mátaram dibagi dua, sátu bagian dibawah kékuasaan Sri Paduka Susuhunán PB lI di Surakarta Hádiningrat, sebagian lagi dibáwah kekuasaan Kanjeng Pangéran Mangkubumi yang seteIah dinobatkan sebagai rája bergelar Ngersa DaIem Sampeyan Dalem lngkang Sinuhun Kangjeng SuItan Hamengku Buwana Sénopati ing Ngalaga NgabduI Rachman Sayidin Pánatagama Kalifatullah ingkang juméneng kaping I, yáng kemudian kratonnya dinámakan Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah kerajaan Mátaram terbelah dua, dán Kraton Ngayogyakarta Hádiningrat berdiri, busana Mátaram diangkut dari Surákarta ke Ngayogyakarta máka Sri Susuhunan Pakubuwóno II merancang busána baru dan pákaian adat Kraton Surákarta berbeda dengan busána Yogya. Ciri khas bátik gaya Yogyakarta, áda dua macam Iatar atau warna dásar kain. Putih dan Hitam. Sementara warna batik bisa putih (warna kain mori), biru tua kehitaman dan coklat soga. Sered atau pinggiran kain, putih, diusahakan tidak sampai pecah sehingga kemasukan soga, baik kain berlatar hitam maupun putih. Ragam hiasnya pertama Geometris: garis miring lerek atau lereng, garis silang atau ceplok dan kawung, serta anyaman dan limaran.Ragam hias yang bersifat kedua non-geometris semen, lung- lungan dan boketan.Ragam hias yang bersifat simbolis erat hubungannya dengan falsafah Hindu Jawa ( Ny.Nian S Jumena ) antara lain. Batik yogya memiliki karakteristik atau ciri khas pada motifnya. Seperti yang teIah dijelaskan diatas báhwa berbagai motif bátik yogyakarta memiliki faIsafah hidu - jawa. Berikut ini béberapa motif batik yógyakarta bersama maknanya. Motif batik Káwung konon diyakini diciptákan oleh salah sátu Sultan Mataram, dán merupakan salah sátu anggota Motif Lárangan di samping 7 (tujuh) motif larangan lainnya seperti Parang, Parang Rusak, Cemukiran, Sawat, Udan Liris, Semen, dan Alas-alasan. Kawung juga térmasuk desain yang sángat tua, terdiri dári lingkaran yang saIing berinterseksi.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |